just a rant from a newbie fangirl
(gambar hanya untuk pemanis)
Ya wajar, lah. Namanya juga dari Japanese music enthusiast, terutama band indie-nya, tiba-tiba jadi fangirl BIGBANG, pasti ada aja yang suka nanyain aneh-aneh, karena heran. Padahal, sepenglihatan saya, setiap orang pasti punya guilty-pleasurenya sendiri, kok. Punya sesuatu yang ringan, menyenangkan, untuk mengusir penat sejenak. Tak jarang saya melihat peminat skramz atau math-rock yang lowkey K-pop fanboy di Indonesia.
Namun yang paling bikin saya cukup triggered itu ketika banyak orang yang sudah mulai berspekulasi kalo saya suka mereka karena mereka semua ganteng-ganteng. Yang kayak gitu-gitu, tuh. Selalu sukses bikin saya kesel, hahahaha..
Yamaguchi Ichiro, contohnya. Yang jauh lebih ganteng dari dia juga, banyak. Tapi entah kenapa dia sangat mengenai soft-spot saya, karena keindahan yang saya liat dari dia bukan soal rupa, atau rahangnya yang bagus. Saya selalu cocok ('cocok', karena memilih kata yang melebihi 'suka' agak sulit untuk saya) dengan karya-karyanya, dan setiap lirik yang ia tulis entah kenapa selalu bisa saya pahami, dan bisa relatable, walaupun mungkin makna yang saya pahami dengan makna aslinya beda. Entah kenapa, karya-karya merekalah yang bisa sampai mewakili standar dari 'musik apik' untuk saya. Saya jatuh cinta dengan karyanya, dan otomatis membuat saya jatuh cinta dengan seseorang di balik karya-karyanya. Karena ia ada, semua keindahan itupun ada. Karena itu, saya jadi melihat apapun yang dilakukannya menarik, dan akhirnya membuat saya jadi sering memerhatikan setiap detil orang tersebut, hingga akhirnya saya menemukan titik menarik yang memikat hati saya dan langsung saya beranggapan ia tampan.
Saya bukan tipe orang yang bisa ‘religiously’ mengikuti sesuatu hanya karena saya jatuh cinta sama kemasan luarnya. Karena sejatinya, yang bisa menjadi semangat dalam menjadi fangirl itu ya konten yang disajikannya. Karena coba deh, kalian, berusaha mendalami seseorang cuma karena dia good-looking. Kecuali kalo kamu orangnya memang nafsuan, dan fetishist. Pointless, kan? Charm-nya gak bisa keluar gitu aja karena karya yang disajikan oleh orang itu isn’t your cup of tea at all. Gak bisa menikmati, gak bisa ngerasa jatuh cinta, karena emang gak pas di hati. Lagian, namanya juga entertainment, ya untuk menghibur. Kalau soal hiburan aja harus memaksakan diri, gimana mau merasa terhibur? Karena saya merasa terhibur, saya merasa itu menyenangkan, saya suka, dan yang namanya hiburan ya harusnya bekerja dengan sistem kayak gitu, terhadap setiap orang.
BIGBANG ini, walaupun mereka cakep-cakep, mereka ini bergelut dalam industri musik. Alasan kecintaan saya terhadap mereka sudah saya post dalam entry sebelumnya, ya, dan udah jelas juga. Biarpun mereka cakep-cakep, yang mereka sajiin ya musik. Walaupun ada yang jadi aktor, ada yang jadi presenter, porsi besarnya ya, mereka bermusik. Appearance mereka, dimana-mana, selalu nyanyi. Mereka grup yang tidak pernah lipsync, bahkan; dan tampil dengan homeband kelas dunia. Kalau musik yang mereka sajikan gak cocok sama saya, saya hanya suka dengan member-membernya, mana bisa tahan saya? Gak bisa enjoy dan gak ada semangatnya. Bahkan, pertama kali saya mendengar lagu-lagu mereka, saya tidak memperhatikan sekalipun member-membernya. Waktu itu di mata saya muka mereka aja masih pada mirip-mirip semua.
Sebelum saya menjadi sebuah fangirl dalam grup pop seperti BIGBANG, saya selalu mendengarkan karya-karya dari orang-orang yang passionate dengan genre yang mereka minati. Karya-karya mereka selalu total, tanpa mempedulikan standar pasar seperti musik pop, karena memang mereka berkarya untuk passion. Saya mendengar musik dari berbagai genre yang berbeda, yang datang dari berbagai orang-orang berselera dan berpola-pikir berbeda. Singkatnya, saya selalu mendengarkan musik yang bener-bener musik, lah, kalau menurut bahasa orang awam. Jadi, kalau tiba-tiba saya menyukai sebuah grup pop, berarti ya mereka itu memang bermusikalitas bagus. Walaupun pop, tapi mereka gak berniatan untuk conform, melainkan sesuai dengan passion. Tetap bagus, sekalipun hanya jadi guilty pleasure dan gak sampe jadi obsesi buat saya.
Saya pribadi sebetulnya sangat tertarik dengan kehidupan dari seorang penggiat subculture walaupun untuk sebagian besar masyarakat, mereka merupakan kaum yang dipandang kurang baik. Namun entah kenapa, saya selalu merasa senang dengan semangat mereka akan hal yang mereka sukai. Entah mengapa saya selalu tertarik dengan para fangirl yang menganggap grup kesayangannya itu lebih dari hanya para musisi. Memang seperti sudah menjadi budaya tersendiri. Maka ketika saya mulai masuk dalam fandom ini, saya memang seperti terlempar ke dimensi lain, lalu mengalami culture-shock, tapi menyenangkan, karena akhirnya saya juga bisa merasakan semangat dari mereka yang dulu hanya bisa saya lihat dan bikin penasaran saja, karena belum paham.
Begitulah sekiranya. Saya juga gak malu soal gimana sukanya saya terhadap BIGBANG. Lebih malu anak-anak sok hipster supaya bisa dibilang keren, padahal mereka gak enjoy. Itu prihatin banget. Karena balik lagi, masa’ hiburan bersifat paksaan?